Bismillaahirrohmanirrohiim
Assalamu'alaikum warohmatullohi wabarakatuh...
Seorang Ustadz, bila dia sudah melaksanakan tugasnya, maka dia sudah lepas tanggung jawab atas kejahatan masyarakatnya, bila masyarakat itu masih berbuat ma'siat. Namun, bila sang ustadz tak melaksanakan tugas/profesinya sebagai juru dakwah, baru ustadz itu salah (dan sebenarnya soal dakwah ini, masing-masing manusia diberi kewajiban, karena perintah dakwah dalam firman Allah bukan untuk para ustadz, tetapi untuk keseluruhan ummat Islam).
"Laa taziruu waaziratuwwizraa ukhraa"(Tidak ada seseorang menanggung dosa orang lain). Hal ini, sepanjang tugas sudah dilaksanakan. Kalau masih belum baik manusianya meski dah di dakwahin, itu bukan tanggung jawab para ustadz lagi, karena
Hidayah hanya milik Allah semata Bukankah Allah sudah berfirman "Sesungguhnya engkau tidak bisa memberikan hidayah kepada orang yang kamu sukai/cintai, tetapi Allah sematalah yang akan memberikan hidayah tersebut", sekali lagi, para Ustadz, juru dakwah, bukanlah Malaikat
Begitu pula dengan para dokter, selagi mereka melaksanakan tugasnya, maka tak ada tanggung jawabnya terhadap pasiennya lagi
atas kesembuhan, karena para dokter bukanlah Tuhan sang penyembuh total. Hanya saja, kalau dokter tak melaksanakan tugasnya sebagai seorang dokter dengan melaksanakan kode ethic kedokteran, baru disanalah sikap dan perbuatan dokter itu dipertanggung jawabkan dihadapan Allah 'Ta'ala kelak. Semua ini, karena kullukum raa'in, wakullu rain masuulun 'an ra'iyyatihi, masing-masing kamu pemimpin, dan kamu bertanggung jawab atas apa yang kamu pimpin(yakni termasuk disana profesi kita masing-masing, kita harus bertanggung jawab, karena kelak akan ditanya, bukan sekedar umur saja, uang, harta, profesipun akan ditanya, kemana dari mana kita cari, dan untuk apa semua itu).
Assalamu'alaikum warohmatullohi wabarakatuh...
Seorang Ustadz, bila dia sudah melaksanakan tugasnya, maka dia sudah lepas tanggung jawab atas kejahatan masyarakatnya, bila masyarakat itu masih berbuat ma'siat. Namun, bila sang ustadz tak melaksanakan tugas/profesinya sebagai juru dakwah, baru ustadz itu salah (dan sebenarnya soal dakwah ini, masing-masing manusia diberi kewajiban, karena perintah dakwah dalam firman Allah bukan untuk para ustadz, tetapi untuk keseluruhan ummat Islam).
"Laa taziruu waaziratuwwizraa ukhraa"(Tidak ada seseorang menanggung dosa orang lain). Hal ini, sepanjang tugas sudah dilaksanakan. Kalau masih belum baik manusianya meski dah di dakwahin, itu bukan tanggung jawab para ustadz lagi, karena
Hidayah hanya milik Allah semata Bukankah Allah sudah berfirman "Sesungguhnya engkau tidak bisa memberikan hidayah kepada orang yang kamu sukai/cintai, tetapi Allah sematalah yang akan memberikan hidayah tersebut", sekali lagi, para Ustadz, juru dakwah, bukanlah Malaikat
Begitu pula dengan para dokter, selagi mereka melaksanakan tugasnya, maka tak ada tanggung jawabnya terhadap pasiennya lagi
atas kesembuhan, karena para dokter bukanlah Tuhan sang penyembuh total. Hanya saja, kalau dokter tak melaksanakan tugasnya sebagai seorang dokter dengan melaksanakan kode ethic kedokteran, baru disanalah sikap dan perbuatan dokter itu dipertanggung jawabkan dihadapan Allah 'Ta'ala kelak. Semua ini, karena kullukum raa'in, wakullu rain masuulun 'an ra'iyyatihi, masing-masing kamu pemimpin, dan kamu bertanggung jawab atas apa yang kamu pimpin(yakni termasuk disana profesi kita masing-masing, kita harus bertanggung jawab, karena kelak akan ditanya, bukan sekedar umur saja, uang, harta, profesipun akan ditanya, kemana dari mana kita cari, dan untuk apa semua itu).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar